Subsidi ongkir minimal belanja 75 Ribu.
"Mengerikan bapak, mengerikan kehidupan priyayi ini.. Seganas-ganasnya laut, dia lebih pemurah dari hati priyayi… Ah tidak, aku tak suka pada priyayi. Gedung-gedungnya yang berdinding batu itu neraka. Neraka. Neraka tanpa perasaan.” Gadis pantai lahir dan tumbuh di sebuah kampung nelayan di Jawa Tengah, Kabupaten Rembang. Seorang gadis yang manis. Cukup manis untuk memikat hati seorang pembesar santri setempat; seorang jawa yang bekerja pada (administrasi) Belanda. Dia diambil menjadi gundik pembesar tersebut dan menjadi mas nganten: perempuan yang melayani ""kebutuhan"" seks pembesar sampai kemudian pembesar memutuskan untuk menikah dengan perempuan yang sekelas atau sederajat dengannya.
Mulanya, perkawinan itu memberi prestise baginya di kampung halamannya karena dia dipandang telah dinaikkan derajatnya, menjadi bendoro putri. Tapi itu tidak berlangsung lama. Ia terperosok kembali ke tanah. Orang jawa yang telah memilikinya, tega membuangnya setelah dia melahirkan seorang bayi perempuan.
Roman ini menusuk feodalisme jawa yang tak memiliki adab dan jiwa kemanusiaan tepat langsung di jantungnya yang paling dalam. Pram menulis roman ini ketika dalam pembuangan di Pulau Buru oleh rezim Orba. Gadis Pantai adalah roman yang tidak selesai. Sejatinya, roman ini merupakan trilogi. Disebabkan oleh vandalisme Angkatan Darat, dua buku lanjutan raib ditelan keganasan kuasa, kepicikan pikir, dan kekerdilan tradisi aksara. Ketika pertama kali diterbitkan pun sempat dilarang pemerintah Orba dan telah diterjemahkan ke dalam belasan bahasa asing.
Kategori : | Novel |
Penyunting : | Pramoedya Ananta Toer |
Ketebalan : | 280 |
Dimensi : | 14 x 21 cm |
Bahasa : | Indonesia |
Stock: | Out of Stock |
Penerbit: | Lentera Dipantara |
Berat : | 350 gram |
Product Tags: |
Required fields are marked*
Rp.63,750 Rp.75,000
Rp.63,750 Rp.75,000